Sriwijaya Post
PALEMBANG, SRIPO --- Tidak perlu bersusah payah ke Pasar Tanah Abang di Jakarta. Pasar 16 Ilir di Kota Palembang siap menyaingi Tanah Abang. Dalam m waktu tidak lama lagi Palembang akan memiliki pusat grosir pakaian jadi terbesar di Sumatera.
Gedung Pasar 16 Ilir akan dibangun 15 lantai menyaingi pusat perbelanjaan Tanah Abang di Jakarta dan diproyeksikan menyerap pasar dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
Walikota Palembang H Eddy Santana Putra, menegaskan dengan mempertimbangkan jarak tempuh, pedagang dari dua negara tetangga itu akan memilih Palembang karena lebih dekat dibanding Jakarta maupun Bandung. Selain pedagang di empat provinsi yakni Sumsel, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung.
“Saya membayangkan banya orang asing datang dan belanja di sini, tentu akan memberi berdampak ke berbagai sektor. Lima lantai pusat grosir, selebihnya hotel dan restoran,” kata Eddy akhir pekan lalu.
Pembangunannya bekerjasama dengan investor. Pusat grosir itu diyakini bakal meningkatkan perekonomian di Kota Palembang. Kawasan perbelanjaan ditunjang pertokoan di Pasar 16 Ilir, seperti Tengkuruk, yang terdiri dari 4 blok bangunan.
Bentuk bangunan bergaya Eropa yang tetap dipertahankan bakal jadi daya tarik bagi wisatawan. Apalagi sejak beberapa waktu lalu kawasan Pasar 16 Ilir dilengkapi dengan pasar Kuliner persis di tepi Sungai Musi.
Kemegahan Jembatan Ampera dan kehidupan warga dengan segala aktivitasnya di Sungai Musi akan menjadi panorama dan tambahan yang bakal menarik minat para pelancong. Kawasan Pasar 16 Ilir juga dekat dengan pusat pertokoan Megahria dan Beringin Janggut.
Rp 2 M per Hari Saat ini saja omzet pedagang di Pasar 16 Ilir minimal Rp 2 miliar per hari. Diperkirakan setelah selesai pembangunan omzet akan melonjak puluhan miliar. Apalagi bangunan Pasar 16 Ilir dari lantai 6-15 difungsikan sebagai restoran dan hotel berbintang di tepi Sungai Musi.
Belum ada data akurat berapa banyak jumlah pedagang yang menempati Gedung Pasar 16 Ilir saat ini. PT Prabu Makmur, pengelola pasar sebelumnya tidak punya data. Sementara PD Pasar Palembang Jaya baru mulai melakukan pendataan.
Namun diperkirakan terdapat tak kurang 1.000 pedagang yang menempati Pasar 16 Ilir dari basement sampai lantai 5 gedung. Mereka berjualan baju, sepatu sandal, tas, mainan anak-anak, kosmetika, dan pakaian bekas impor khusus lantai paling atas.
Pasar 16 Ilir dengan kondisi serba terbatas tetap jadi pilihan utama pedagang dan pembeli. Sewa kios per tahun terbilang mahal kisaran Rp 60 juta ukuran 3 X 4 meter di basement, lantai 1 dan lantai 2. Untuk lantai 3 dan 4 sewa lebih murah kisaran Rp 35 juta, sementara di lantai 5 pedagang pakaian bekas hanya membayar angsuran dengan besaran variatif.
Omzet pedagang setiap harinya antara Rp 2 jutaan sampai puluhan juta rupiah. Jika satu pedagang rata-rata Rp 2 juta dengan 1.000 pedagang maka total perputaran uang per harinya lebih dari Rp 2 miliar. Omzet yang diperoleh semakin lebih besar saat memasuki tahun ajaran baru sekolah dan hari besar keagamaan misalnya Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Naik Jukung Pembeli kebanyakan dari lokal Palembang dan berbagai daerah di Sumsel. Yang unik tentu saja pembeli dari kawasan perairan Kabupaten Banyuasin yang belanja ke Palembang pakai jukung. Mereka bawa barang hasil bumi dijual ke Palembang dan pulang bawa barang kebutuhan warga desa untuk dijual. Satu kapal jukung biasa belanja mencapai Rp 10 juta, terutama di bulan puasa dan jelang Lebaran nanti.
Zeppy Hasmiyani, pedagang pakaian di OKU Selatan, menyambut baik rencana pembangunan pusat grosir itu karena dengan demikian dia tak perlu lagi belanja ke Jawa.
“Jarak tempuh ke Palembang lebih dekat, otomatis ongkos jadi lebih murah dan meningkatkan untung. Selama ini kami pedagang lebih sering ke Pasar Tanah Abang,” katanya, Selasa (17/8).
Para pedagang di Pasar 16 Ilir juga berpendapat senada. Imam Firdaus, putra pemilik toko Lisa Collection di lantai 2 No 149-150-151 yang menjual pakaian muslim dan blus mengatakan, pembangunan pusat grosir akan menambah penghasilan pedagang.
“Mantap, tambah laris nanti ibu saya jualan di sini,” katanya.
“Kalau pemerintah mengubah keadaan, pasti omzet yang kami dapat akan bertambah. Belakangan ini, omzet turun dibandingkan beberapa tahun lalu,” tutur Hendra, pedagang lainnya di basement.
Penurunan omzet disebabkan keamanan dan kebersihan pasar kurang diperhatikan oleh pengelola lama PT Prabu Makmur meski pedagang sudah bayar uang kebersihan Rp 5.000 per hari, ditambah lagi biaya keamanan yang besarnya bervariasi.
Kondisi Pasar 16 Ilir sangat memprihatinkan. Jalan akses masuk banyak yang berlubang dan berisi air saat hujan. Basement bahkan terendam air setinggi 10 cm kalau hujan deras mengguyur. Sampah menumpuk hampir di setiap sudut bangunan dan sekitarnya, termasuk di saluran drainase.
Bangunan gedung tidak layak ditempati karena cat mengelupas dan atap plafon nyaris ambruk. Ramainya pembeli setiap hari sehingga berjubel dan jalan mesti pelan memberi peluang pencopet beraksi. Pedagang emperan juga tidak diatur dengan baik sehingga akses jalan utama ke gedung kerap tertutupi.
Renovasi Rp 2 M Guna mewujudkan pembangunan pusat grosir, terhitung 1 Juli lalu pengelola kebersihan dan keamanan beralih ke pemerintah kota (Pemkot) melalui PD Pasar Palembang Jaya.
Direktur Utama PD Pasar Palembang Jaya, Drs H Syaifuddin Azhar mengatakan kondisi Pasar 16 Ilir sangat memperihatikan, setiap sudut terdapat tumpukan sampah, begitu pula dengan plafon yang nyaris ambruk. Dana yang dibutuhkan untuk perbaikan sekitar Rp 2 miliar.
“Jika tidak segera diperbaiki, dikhawatirkan semakin memperparah kondisi. Sekarang sampah di lantai IV dan V sudah dibersihkan dan dibuang,” katanya.
Biaya yang diperlukan bisa menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau pinjaman (loan) dari pihak ketiga. Dana itu diprioritaskan untuk perbaikan dan pemasangan eskalator dan lift yang selama ini belum terpasang.
Diharapkan dengan adanya perbaikan itu nanti, pasar yang menjadi ikon Kota Palembang tersebut terlihat lebih baik, apalagi setelah terpasang lift dan eskalator, sehingga pengunjung jadi lebih nyaman.
Pengurus Asosiasi Pedagang Pasar 16 Ilir, Chairul Amri, mengatakan, dalam keadaan normal pedagang mengantongi pendapatan Rp 5 hingga Rp 10 juta per hari, sedangkan saat libur omzet diperoleh berkisar Rp 15 juta. Produk yang dijual bukan hanya dalam negeri semata, ada juga produk impor dari Thailand dan Malaysia.
Disebutkan, pengunjung sebagian besar atau 70 persen berasal dari kabupaten/kota di Sumsel, selebihnya Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung (Babel) hingga Pekanbaru (Riau).
“Mereka membeli barang dalam partai besar untuk dijual kembali. Harga barang relatif lebih murah bahkan sama dengan di Jakarta,” ujarnya.
Untuk menjadi pusat grosir terbesar seperti Tanah Abang, menurut Chairul, pemerintah harus melengkapi fasilitas pasar seperti eskalator dan lift, termasuk kebersihan dan keamananan. Pengunjung akan datang dan ramai berkunjung bila pasar tidak semurawut, nyaman dan aman. Jika menjadi pusat grosir, pedagang dituntut berkompetisi dan membutuhkan modal besar dan dituntut mengikuti trend supaya tidak ketinggalan zaman. (sep/sta/ahf)
0 komentar:
Posting Komentar