Sabtu, 04 Agustus 2012

Agar Tak Gagal di Tes Berikutnya


Penulis : Ali Sobri

Shutterstock Ilustrasi
KOMPAS.com - Pernah mengalami kegagalan dalam tes sebelumnya? Tentu Anda tak ingin gagal di kesempatan-kesempatan selanjutnya.

Berlatih adalah persiapan mendasar yang Anda perlu lakukan sesuai dengan topik tes Anda. Pasalnya, hasil tes akan menunjukkan seberapa besar kemampuan Anda dalam memahami atau melakukan tugas tertentu. Yang penting, Anda sudah mengusahakan yang terbaik.

1. Cobalah meninjau ulang cara Anda mengerjakan tes serupa sebelumnya. Setiap tes membutuhkan persiapan. Tahapan ini setidaknya bisa memperkecil kemungkinan mengulang kesalahan yang sama di masa lalu sehingga Anda bisa memperbaikinya di tes berikutnya.

2. Datanglah lebih awal dari jadwal tes yang sudah ditentukan. Daftarkan terlebih dahulu hal-hal yang Anda butuhkan untuk menghindari panik yang bisa menimbulkan kecerobohan dalam mengerjakan tes. Persiapan yang baik menunjukkan kesiapan Anda akan tugas yang akan diberikan.

3. Jadilah nyaman tetapi tetap waspada.
Pilih lokasi yang nyaman dengan ruang gerak yang cukup seperti yang Anda butuhkan. Jangan membungkuk dan upayakan untuk mempertahankan postur yang baik selama Anda menyelesaikan tes tersebut.

4. Tetap santai dan percaya diri.
Jaga sikap dan ingatkan diri bahwa Anda akan melakukan yang terbaik. Jika Anda panik, tariklah nafas dalam-dalam, dan jangan berbicara dengan peserta tes lain, sebab stres itu bisa menular.

5. Baca petunjuk dengan hati-hati. Ini akan meningkatkan ketelitian dan menghindarkan Anda dari kesalahan.

6. Jika ada waktu, temukan gambaran umum dari tes Anda. Cari beberapa kata kunci dan jika diizinkan, tuliskan catatan yang muncul dalam pikiran Anda.

7. Jawab pertanyaan dengan strategi. Menjawab pertanyaan yang lebih mudah bisa membangun kepercayaan diri Anda. Pada tes objektif, coba lewatkan jawaban yang sudah jelas salah, sedang pada tes esai uraikan jawaban Anda dengan poin-poin secara luas. Sekali lagi, kerjakan terlebih dahulu soal yang termudah.

8. Tahan diri Anda untuk pergi jika Anda dapat menyelesaikan tes sebelum waktu berakhir. Pasalnya, waktu yang tersisa dapat Anda gunakan untuk memeriksa ulang semua jawaban.

9. Segera benarkan jawaban yang keliru atau salah membaca pertanyaannya. Anda juga dapat menemukan informasi dalam tes yang akan mengoreksi jawaban sebelumnya.

10. Memutuskan dan menerapkan strategi belajar yang paling cocok untuk Anda.
Carilah soal yang berhasil Anda jawab, dan soal yang kira-kira menantang Anda. Dengan demikian, dalam persiapan tes selanjutnya, Anda dapat mempersiapkan diri dengan menggali jenis pertanyaan yang sama dengan lebih dalam. Kantor bimbingan akademik atau guru yang Anda percaya bisa memberikan nasihat yang memadai.
Sumber :
studygs.net
Editor :
Caroline Damanik

Jumat, 03 Agustus 2012

Masih Pentingkah Ospek?


Ilustrasi: ist.
Ilustrasi: ist.
OSPEK adalah masa perkenalan mahasiswa baru dengan kampus yang dia pilih. Perkenalan di sini tidak hanya mengetahui, karena makna kenal dengan hanya sekadar tahu itu berbeda. Kita bisa saka mengetahui kampus yang dipilih, termasuk peringkat kampus dan bergerak ke mana jurusan kampus tersebut. Ini hanya sekadar mengetahui. Tetapi, mengenal kampus berarti seorang mahasiswa mengetahui visi dan misi kampusnya dan bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap kampusnya itu, Oleh karena itu, masa perkenalan kampus sangatlah penting.

Selama ini, mungkin kita hanya mengenal masa perkenalan kampus melalui berbagai kasus penyimpangan yang terjadi di ospek. Pelanggaran ini bisa berbentuk sikap ataupun tekanan moral yang menyebabkan ospek terkesan menakutkan. Pernyataan ini tidak relevan untuk semua kampus. Penulis sendiri pernah mengalami masa perkenalan kampus dan tidak merasakan apa pun yang berbau senioritas ataupun kekerasan pada kegiatan ospek tersebut.

Penulis berani menjamin 100 persen, di lingkungan civitas akademika Institut Pertanian Bogor (IPB) masa perkenalan kampus bagi mahasiswa baru tidaklah menunjukan senioritas ataupun kekerasan sedikit pun. Dikenal dengan nama Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru, kegiatan ini mengusung konsep sebagai “TEMAN”. Mengapa teman? Kata “teman” di sini memiliki makna luas dan sangat berpengaruh untuk kelanjutan mahasiswa baru di kampusnya. Penulis berani menjamin, mahasiswa yang tidak mengikuti masa perkenalan kampus, akan menyesal karena tidak mendapatkan pengalaman yang menarik seumur hidup.

Pertama  “T” yaitu Tiada senioritas pada konten acara masa perkenalan ini. Dalam acara masa perkenalan IPB, setiap kelompok mahasiswa baru yang terdiri dari beberapa calon mahasiswa baru ini didampingi oleh empat hingga lima orang Penanggung Jawab Kelompok (PJK) yang bertanggung jawab atas kelompok dan adik-adik mahasiswa barunya. Meski memiliki tanggung jawab penuh, bukan berarti PJK bebas untuk berbuat sewenang-wenang terhadap adik-adik asuhnya. PJK pun diawasi oleh Badan Pengawas (BP) yang beranggotakan lembaga kemahasiswaan tertinggi di kampus. BP bertugas mengawasi jalannya masa perkenalan kampus dan mencegah kemungkinan penyelewengan tanggung jawab oleh para PJK.

Keberadaan BP akan meminimalisasi terjadinya kekerasan atau perpeloncoan. Selain itu, PJK pun telah dilatih untuk bertanggung jawab terhadap kelompok, bekerja ikhlas dan tulus dalam memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru. Tidak main-main, kegiatan pelatihan tersebut dilakukan untuk menekan kemungkinan penyelewengan tanggungjawab para PJK dengan menanamkan sikap-sikap budi pekerti yang memang sepantasnya diperlihatkan seorang kakak kelas.

Kedua, “E” melambangkan Empati. Artinya, panitia kegiatan penerimaan mahasiswa baru di IPB telah dipupuk untuk memiliki rasa empati. Dengan memiliki empati, kemungkinan panitia ospek  memelonco adik kelas dapat dikurangi. Rasa empati perlu ditumbuhkan dan harus terus menerus dipupuk, mengingat fungsinya yang sangat penting, yakni agar ketika kita sebagai kakak kelas tidak memberikan tugas yang memberatkan mahasiswa baru, apalagi sampai mempermalukan diri dan dapat membuat mental mereka turun. Sebagai panitia, kita sebaiknya selalu memikirkan esensi dan manfaat apa yang akan didapatkan mahasiswa baru dengan mengerjakan penugasan ini, entah itu dampak yang baik maupun sebaliknya.

Ketiga, “M”, yaitu menjunjung tinggi nilai spiritual dan Pancasila. Konsep ini perlu ditanamkan pada setiap civitas kampus yang menyelenggarakan kegiatan masa perkenalan kampus, agar penyimpangan-penyimpangan dalam masa perkenalan kampus dapat dihilangkan. Sebab, kita mengetahui betul bahwa menghargai seseorang sangatlah penting, sehingga kejadian seperti perpeloncoan dan kekerasan itu tidak perlu terjadi. Dua hal ini terjadi biasanya karena ada unsur balas dendam dan ingin melihat adik-adik kelasnya menghormati senior. Padahal, nilai-nilai spiritual dan pancasila, justru sangat bertentangan dengan sikap sombong dan balas dendam.

Keempat, “A” yaitu Asyik. Konsep asyik ini tidaklah kalah penting, karena mahasiswa baru perlu merasakan kesan enjoy terhadap kampus. Dengan demikian, perasaan ini dapat menimbulkan kebanggaan serta kecintaan si mahasiswa baru terhadap kampus. Perkenalan kampus dilakukan dengan berbagai cara yang dibuat sedemikian rupa agar para mahasiswa baru ini merasa senang dan tidak terbebani ketika mengikuti ospek.

Terakhir, “N”, no provokasi. Dalam konsep masa perkenalan kampus ini tidak ada unsur  provokasi/menjelek-jelekan kampus lain yang dapat menimbulkan pertikaian antar kampus. Masa perkenalan ini dipenuhi dengan arahan kepada mahasiswa baru untuk mencintai kampusnya saja. Caranya bisa dengan memberikan tayangan tentang para alumni berprestasi dan sukses. Panitia bisa juga memperkenalkan kampus lebih jauh, dengan memaparkan kampus tersebut bergerak dalam bidang apa sambil menampilkan hasil-hasil karya kampus kepada mahasiswa baru.

Konsep “teman” inilah yang penulis rasakan ketika masa perkenalan kampus di IPB. Bagi penulis, masa ospek tersebut memang benar-benar bersifat sebagai teman yang dapat memperkenalkan penulis lebih jauh tentang kampus, bukan sekadar tahu, dan juga teman yang mengajarkan untuk cinta dan bangga terhadap almamater. Inilah yang seharusnya dipublikasikan ke masyarakat; masa perkenalan kampus tanpa perpeloncoan dan kekerasan. (Bisa dibuktikan kebenarannya  di lapangan, insya Allah apa yang dituliskan dan yang terjadi di lapangan sesuai tanpa ada yang dilebih-lebihkan)
 
Abdulloh
Institut Pertanian Bogor (IPB)
(//rfa)

Rabu, 01 Agustus 2012

Penentu Sukses dalam Hidup

Annisa Riris Saputri
Dennis J Trittin (Foto: dok. atlasbook.com)
Dennis J Trittin (Foto: dok. atlasbook.com)
JAKARTA - Masa remaja memang nikmat untuk dijalani dengan bersenang-senang. Tetapi, sejatinya, di masa inilah kita justru harus mulai menentukan arah hidup kita.

Menurut mentor sekaligus manajer investasi sukses dan pendidik dari Inggris, Dennis J Trittin, CFA, hingga usia 17 tahun, remaja memang masih banyak bersenang-senang. Namun, pada 18 tahun, kepribadian seorang remaja sesungguhnya tengah berkembang.  

"Di usia ini para remaja sedang giat menjalankan kehidupan kampus sambil merencanakan karier untuk masa mendatang hingga dia menemukan keinginan hidupnya," kata Dennis.

Bapak dua anak ini pun mempelajari banyak hal dari anak-anaknya, terutama si sulung, Micheal. Inspirasi yang didapatkan Dennis dari putra-putranya tersebut pun dituangkannya ke dalam buku berjudul What I Wish I Knew at 18: Life Lessons for the Road Ahead. Dalam diskusi dan bedah bukunya di  Auditorium Sampoerna School of Education (SSE), kemarin, Dennis menekankan pemaparannya pada aspek-aspek yang menentukan kesuksesan seseorang menjadi pemimpin, sesuai tajuk acara "Developing The Great Leaders of Tomorrow".

"Kita yang akan menentukan seberapa sukses diri kita," ujar presiden dan pendiri lLifeSmart Publishing ini.

Di hadapan para mahasiswa, psikolog, dan perwakilan institusi pendidikan yang menghadiri acara tersebut, Dennis menyebut, kesuksesan seseorang ditentukan oleh karakter, pandangan hidup, hubungan dan komunikasi terhadap teman, kemampuan menghadapi kesulitan, dan kemampuan menjadi individu yang produktif.

"Sukses itu tidak bisa diukur dengan uang dan dengan apa pun," imbuhnya.

Sebagai penulis sekaligus mentor yang berkomitmen membantu kaum muda untuk mencapai potensi penuh mereka, Dennis berharap, buku yang ditulisnya dapat menuntun anak-anak agar terus berusaha untuk meraih impian tanpa ada keputusasaan.

"Walaupun berjudul What I Wish I Knew at 18, buku ini bisa dibaca oleh semua kalangan, tanpa terkecuali. Remaja 18 tahun, 20 tahun, dewasa, sampai orangtua pun bisa membacanya," ujar Dennis.(rfa)

Senin, 30 Juli 2012

4 Cara agar Punya Banyak Teman


Penulis : Felicitas Harmandini
Orang yang mudah berteman biasanya tidak ragu mengajak ngobrol lebih dulu.

KOMPAS.com — Anda heran mengapa ada orang yang begitu mudah berteman? Bahkan, ketika sedang menunggu giliran masuk ke ruang dokter, misalnya, tiba-tiba Anda menyadari teman Anda ini sudah ngobrol dengan semua orang di ruang tunggu. Mereka bahkan saling menyebut nama dan ngobrol seolah dengan teman lama.
Laura Gilbert, penulis freelance di sejumlah media seperti Maxim, Health, The Knot, dan Stuff, mengatakan, ada beberapa hal yang membuat orang mudah berteman dengan orang yang baru dijumpai. Anda bisa mencuri kiat-kiat yang mereka lakukan, lalu mengubah cara tersebut menjadi sifat-sifat Anda yang alami.
  
1. Tersenyum dan melambaikan tangan
Apa salahnya melontarkan senyuman lebih dulu pada orang yang sedang berpapasan dengan Anda? Gengsi, karena orang itu yunior Anda di kantor? Atau takut dikira naksir? Sudahlah, buang jauh-jauh pikiran tersebut. Tak usah takut bila Anda memberi pesan bahwa Anda ingin ngobrol dengannya, atau ingin tahu siapa dia. Tersenyumlah, lambaikan tangan, anggukkan kepala, apa saja yang memberi kesan Anda orang yang ramah.

Bila Anda bertemu seseorang yang tak dikenal, memberikan senyum juga akan membuatnya tahu bahwa ia boleh bercakap-cakap dengan Anda. Coba cara ini setiap kali Anda keluar dari rumah, misalnya, pada orang yang biasa Anda temui di kereta komuter, ibu-ibu di sebelah Anda yang sedang menawar harga barang di pasar, bahkan pada anak-anak yang sedang bermain. Setelah terbiasa melontarkan senyum, hal ini akan menjadi kebiasaan baru yang terjadi secara alami.

2. Membuka pembicaraan
Lagi-lagi, apa salahnya berbicara lebih pada orang yang belum Anda kenal? Setiap orang bisa saja menjawab pertanyaan, atau memberi respons pada komentar seseorang, tapi orang yang mudah berteman adalah yang biasa mengajak bercakap lebih dulu. Menurut Susan RoAne, penulis How to Create Your Own Luck and What Do I Say Next, rahasia orang yang mudah berteman adalah menganggap hal-hal di sekitarnya sebagai peluang untuk mulai berbicara, dan bukannya menunggu disapa.

Untuk memecahkan keheningan atau suasana kaku dengan orang yang belum Anda kenal, mulailah dengan orang-orang yang jarang Anda ajak bicara. Misalnya, perempuan di antrean belakang Anda di konter check in bandara, atau bahkan CEO perusahaan yang tidak pernah Anda jumpai sehari-hari. Jangan menjadikan "tugas" ini sebagai beban. Tetap jadilah diri Anda sendiri. "Anda harus nyaman saat melakukannya. Kalau Anda harus berpikir apa yang harus dikatakan, Anda akan merasa ragu, dan momen itu akan lenyap," kata RoAne.
3. Gunakan pertanyaan terbuka
Ngomong-ngomong, apa sih yang bisa menjadi bahan pembicaraan dengan orang yang baru dikenal? Cari topik yang sama-sama Anda ketahui atau Anda rasakan di sekitar Anda. Misalnya, soal cuaca yang panas, atau billboard iklan yang menampakkan wajah bintang favorit Anda. Atau, topik yang sedang hangat dibicarakan di siaran televisi, misalnya, tentang pembatasan kendaraan pada jam-jam sibuk, atau soal program sale di berbagai mal di Jakarta.

Agar pembicaraan tidak sekadar menjadi basa-basi, tanyakan pendapat teman baru Anda itu. Lemparkan sebuah topik yang jawabannya akan lebih panjang daripada sekadar "ya" dan "tidak". Misalnya, Anda sedang berbelanja di supermarket. Ketimbang hanya mengatakan, "Waduh, mahalnya...", lebih baik tunjukkan kepedulian Anda dengan mengatakan, "Ya ampun, kayak gini harganya Rp 100.000? Apanya yang bikin mahal? Memangnya ini merek terkenal, ya?"
4. Berhenti bicara pada waktunya
Tidak ada orang yang senang mendengarkan orang lain yang hanya membicarakan dirinya sendiri. Maka, Anda harus tahu kapan harus berhenti dan memberi kesempatan orang tersebut bicara. Jangan lupa, setiap orang pasti senang bila dianggap memiliki pengetahuan yang luas. Tak usah meminta pendapatnya soal kebijakan pemerintah mengenai sesuatu hal. Saat Anda berada di kedai kopi, misalnya, coba minta pendapat orang di sebelah Anda, apa minuman yang cocok untuk Anda yang sebenarnya tak begitu suka kopi. Ia pasti akan senang memberitahukan informasi tersebut pada Anda.

Bila suatu saat Anda berkesempatan membuka obrolan dengan seseorang yang baru Anda kenal, lontarkan sedikitnya tiga pertanyaan. Hal itu akan memberikan celah pada orang lain untuk terbuka pada Anda, dan merasa dihargai. Ketika mereka merasa dihargai, mereka pasti akan berusaha ngobrol lebih banyak bersama Anda.


Sumber: Match